TUGAS
PARASITOLOGI
“Saccharomyces
sp”
EFRILINDA
STEFANI SSUM NAMIN
NOVAL
L. NENOGASU
TIYKKE
M. NAAHAK
YANI
AMELIA MONE
JURUSAN
ANALIS KESEHATAN
POLTEKKES
KEMENKES KUPANG
2015/2016
SACCHAROMYCES
SP
Saccharomyces merupakan genus khamir
yang memiliki kemampuan mengubah glukosa menjadi alkohol dan CO2. Saccharomyces merupakan
mikroorganisme bersel
satu tidak berklorofil,
termasuk termasuk kelompok Eumycetes. Tumbuh baik
pada suhu 30oCdan pH 4,8.
Beberapa kelebihan saccharomyces dalam proses fermentasi yaitu
mikroorganisme ini cepat berkembang biak, tahan terhadap kadar alkohol yang
tinggi, tahan terhadap suhu yang tinggi, mempunyai sifat stabil dan cepat
mengadakan adaptasi. Menurut Dr. Anton Muhibuddin (2011), beberapa spesies
Saccharomyces mampu memproduksi ethanol hingga 13.01 %. Hasil ini lebih
bagus dibanding genus lainnya seperti Candida dan Trochosporon. Pertumbuhan Saccharomyces
dipengaruhi oleh adanya penambahan nutrisi yaitu unsur C sebagai sumber carbon,
unsur N yang diperoleh dari penambahan urea, ZA, amonium dan pepton, mineral dan
vitamin. Suhu optimum untuk fermentasi antara 28 – 30 oC. Beberapa
spesies yang termasuk dalam genus ini diantaranya yaitu Saccharomyces cerevisiae, Saccharomyces
boullardii, dan Saccharomyces
uvarum.
Saccharomyces
|
||||||||||||||||||||||||
|
||||||||||||||||||||||||
Spesies
|
||||||||||||||||||||||||
PEMBAHASAN
SPESIES :
1.
Saccharomyces boulardii
Saccharomyces boulardii adalah khamir tropis liar yang ditemukan di Asia
pada tahun 1923 oleh penemu dari Perancis bernama Henri Boulard.
Saccharomyces boulardii adalah salah satu probiotik yang paling efektif
untuk membantu mencegah atau mengobati penyakit. Sifat Saccharomyces
boulardii adalah non-patogen yang bermanfaat banyak dalam saluran
usus. Saccharomyces boulardii terisolasi dari kulit leci dan buah
manggis yang tumbuh di kawasan Indochina. Saccharomyces boulardii
tersebut memiliki taksonomi, fisiologi, metabolik dan karakter genetik yang
khas. Dimana Saccharomyces boulardii tumbuh pada daerah dengan suhu 37
derajat celcius. Khamir jenis ini telah banyak digunakan di seluruh dunia
sebagai suplemen probiotik untuk mendukung kesehatan gastrointestinal dengan
meningkatkan populasi bifidobacteria usus sehat sekaligus mengurangi jumlah
organisme yang dapat menyebabkan penyakit. Saccharomyces boulardii bekerja dalam
berbagai cara di dalam usus, tergantung pada jenis agen infeksi atau proses
inflamasi yang menstimulasi sel usus. Dalam beberapa kasus infeksi diare,
khamir ini akan berkompetisi dengan organisme yang menginfeksi dan khamir ini
menang. Studi eksperimen memperlihatkan hasil bahwa Saccharomyces
boulardii mempunyai sifat anti mikroba, sama baiknya dengan anti
inflamasi dan anti racun. Mekanisme yang paling berpengaruh dari
Saccharomyces boulardii adalah dapat menghambat pertumbuhan bakteri yang
mengandung racun, anti-inflammatory dan banyaknya efek stimulatory pada
mukosa usus. S. boulardii menginaktifasi racun bakteri, menghambat
racun yang mengikat pada reseptor usus dan mengurangi toksin yang disebabkan
peradangan.
Gambar :
TAKSONOMI SACCHAROMYCES BOULARDII
MANFAAT SACCHAROMYCES BOULARDII
Saccharomyces boulardii lebih
banyak digunakan untuk perawatan atau pencegahan beberapa penyakit, khususnya
penyakit infeksi. Keuntungan atau peran Saccharomyces Boullardii yang
paling utama adalah mencegah maupun mengobati penyakit diare akut. Selain
itu, peran S. Boulardii terkait dengan pemeliharaan usus yaitu:
1.
Mencegah penyakit diare
2. Membantu flora-flora yang ada di usus
selama pemberian antibiotik.
3. Meningkatkan jumlah bifidobakteria
yang bermanfaat di usus besar, saat mendapat stimulasi dari bakteri patogenik
clostridia.
4. Mencegah efek racun yang disekresikan oleh
bakteri pathogen di usus.
5. Memproduksi racun anti jamur dan asam
organik sebagai penghambat zat-zat merugikan yang disekresikan oleh spesies
candida.
6. Membantu menstimulasi imunitas tubuh dan menjaga
kekebalan usus terhadap penyakit.
7. Suplementasi dengan Saccharomyces boulardii
dapat membantu perawatandan perbaikan fungsi dari usus yang normal dengan
berbagai macam cara.Selain membantu dalam pemeliharaan usus. Saccharomyces
Boulardii juga dapat mencegah beberapa penyakit pencernaan, yaitu seperti C. difficile disease, Inflammatory Bowel
Disease, Irritable Bowel Syndrome, Gastroenteritis.
2.
Saccharomyces ovarum
Saccharomyces uvarum
adalah salah satu spesies dari grup strico Saccharomyces sensu. Penelitian
yang dilakukan tahun 1999 menunjukan data-data lebih jauh mengeni keberadaan
spesies yang terpisah yakni Saccharomyces uvarum. Saccharomyces uvarum
memiliki nama lain yaitu Saccharomyces carlbergensis. secara taksonomi
khamir jenis ini ada hubungan dengan Saccharomyes cerevisiae. Saccharomyces
cerevisiae berguna terutama dalam pembuatan roti, fungsi lainnya sama
dengan Saccharomyces uvarum yakni pembuatan bir. Taksonomi Saccharomyces
uvarum dapat dijelaskan sebagai berikut:
Kingdom
: Fungi
Phylum
: Ascomycota
Subphylum
: Saccharomycotina
Class
: Saccharomycetes
Ordo
: Saccharomycetales
Family
: Saccharomyceteae
subfamili
: Saccharomycoideae
Genus
: Saccharomyces
Spesies
: Saccharomyces
uvarum
karakteristik
Saccharomyces
uvarum merupakan sel tunggal yang termasuk sel
eukariotik bersifat mikroskopik sebagai sel bebas yang sederhana, berbentuk
oval. Tidak membentuk miselium, koloni berupa lendir berwarna putih,
permukaan koloni licin. memiliki ukuran dengan panjang 1-5 mm
sampai 20-50 mm dan lebar 1-10 mm.
Tidak mempunyai flagela atau organ lain untuk bergerak.
Sitologi
Mikrostrukturnya terdiri dari kapsul,
dinding sel, membran sitoplasma, nukleus, vakuola, mitokondria, globula
lipid, volutin atau polifosfat, dan sitoplasma.1
a. Kapsul
Pada
Saccharomyces uvarum ditutupi oleh komponen berlendir putih yang
disebut kapsul. Kapsul menutupi bagian luar dinding sel, terdiri dari
polisakarida, suatu polimer menyerupai pati, dan heteropolisakarida.
b. Dinding sel
Dinding
sel semakin tua akan semakin keras. Terdapat struktur yang disebut bekas
lahir, jumlahnya tergantung dari jumlah anak sel yang telah dibentuk oleh sel
tersebut. Dinding sel terdiri dari: glukan khamir, mannan, protein, khitin,
dan lipid.
c. Membran
sitoplasma
Terletak
di sebelah dalam dinding sel dengan ketebalan ±8mm.
Memegang peran penting dalam permeabilitas selektif dan dalam transpor
nutrien ke dalam sel, dan dalam pelepasan hasil metabolisme ke luar sel.
d. Nukleus
Inti
sel yang dikelilingi oleh membran inti berlapis ganda. Memiliki pori-pori
sebagai jalan untuk pertukaran komponen sitoplasma dengan komponen nukleus.
e. Vakuola
Terdiri
dari satu atau lebih dengan ukuran bervariasi. Dilapisi oleh satu lapis
membran berbentuk jari-jari yang tertanam pada sitoplasma.
f. Mitokondria
Berukuran
0,4 - 0,6 mm
dan diameter 0,2 – 0,3 mm. Struktur yang penting untuk
respirasi. Dilapisi oleh dua lapis membran.
g. Globula lipid
Terdapat
sedikit lipid dalam bentuk globula, dapat dilihat di bawah mikroskop setelah
diwarnai dengan pewarna lemak.
h. Sitoplasma
Mengandung
glikogen yang merupakan bentuk penyimpanan karbohidrat, asam ribonukleat, dan
protein.
Sistem
Reproduksi
Saccharomyces
uvarum memiliki system
reproduksi yang sama dengan saccharomyces cerevisiae. yaitu menggunakkan
reproduksi aseksual dan seksual. selama reproduksi aseksual khamir
memperbanyak diri dengan pertunasan. Pertunasan pada Saccharomyces jenis
ini disebut pertunasan multilateral, dimana tunas muncul di sekitar ujung sel.
Sedangkan reproduksi seksual pada Saccharomyces uvarum dengan cara
pembentukkan askospora, karena termasuk golongan Ascomycetes. Saccharomyces
uvarum termasuk khamir diploid karena inti sel pada khamir diploid
terbentuk dari penggabungan inti dua sel haploid (1n) , atau 2 askospora ,
oleh karena itu menggunakan jumlah kromosom sebanyak (2n). Dua sel dari tipe
mating berbeda bergabung menjadi satu, membentuk askus, Melalui proses
meiosis terbentuk empat buah spora haploid yang kemudian akan bergerminasi
membentuk sel vegetative. Spora yang terbentuk pada Saccharomyces uvarum berbentuk
bulat atau oval dengan permukaan yang halus.
Gambar :
3.
Saccharomyces cerevisiae
S.
Cerevisiae merupakan kelompok mikroba yang
tergolong dalam khamir (yeast). S. Cereviceae secara morfologis
umumnya memiliki bentuk elipsodial dengan diameter yang tidak besar, hanya
sekitar 1-3µm sampai 1-7µm.
Gambar
:
S.
Cerevisiae dapat ditumbuhkan di laboratorium
dengan menumbuhkannya pada media tertentu, baik media padat maupun media
cair. Dari segi warna, yeast yang juga sangat berperan dalam proses
fermentasi alkohol ini mempunyai warna putih kekuningan yang dapat dilihat
diatas permukaan tumbuh koloni, sehingga tidak seperti khamir lainnya yang
seringkali tidak terlihat dibawah miskroskop karena tidak kontras dengan
mediumnya. Penampilan makroskopisnya yaitu bentuk koloni yang bulat, warna
yang kuning muda-keputihan, permukaan berkilau, licin, tekstur lunak dan
memiliki sel bulat dengan askopora 1-8 buah. Dilihat dari dinding selnya, S.Cerevisiae
memiliki dinding sel yang mengandung a-D-Glukan, kitin, dan manoprotein.
Dinding selnya ini diketahui mempunyai 3 lapisan, yaitu lapisan dalam alkali
in-soluble (30-35%), lapisan tengah alkali-soluble a glukan
(20-22%), serta lapisan luar adalah glikoprotein(30%) yaitu suatu karbohidrat
yang tersusun dari manan yang terfosforilasi. Saccahromyses Cerevisiae bersifat
fakultatif anaerobik mengandung 68-83% air, nitrogen, karbohidrat, lipid,
vitamin, mineral dan 2,5-14% kadar N total. Cara hidupnya kosmopolitan dan
mudah dijumpai pada permukaan buah-buahan, nektar bunga dan dalam cairan yang
mengandung gula, namun ada pula yang ditemukan pada tanah dan serangga.
Selain kosmopolitan, S. Cerevisiae ini dapat pula hidup secara
saprofit maupun bersimbiosis
Taksonomi adalah ilmu yang mengkaji
tantang klasifikasi biologis, agar dapat lebih mudah dalammemahami dan
mengenali keberagaman organisme dalam penataan hirarki tanpa tumpang tindih.
Taksonomi daripada S.Cerevisiae adalah sebagai berikut:
Kingdom
: Fungi
Division
: Ascomycota
Class
: Ascomycetes
Ordo
: Saccharomycetales
Familia
: Saccharomycetaceae
Genus
: Saccharomyces
Species
: Saccharomyces cerevisiae
Cara
Reproduksi
Saccharomyces cerevisiae
dapat berkembang biak secara seksual dan aseksual. Perkembangbiakan aseksual
diawali dengan menonjolnya dinding sel ke luar membentuk tunas kecil.
Tonjolan membesar dan sitoplasma mengalir ke dalamnya, sehingga sel menyempit
pada bagian dasarnya. Selanjutnya nucleus dalam sel induk membelah secara
mitosis dan satu anak inti bergerak ke dalam tunas tadi. Sel anak kemudian
memisahkan diri dari induknya atau membentuk tunas lagi hingga membentuk
koloni. Dalam keadaan optimum satu sel dapat membentuk koloni dengan 20
kuncup.
Perkembangbiakan seksual terjadi jika
keadaan lingkungan tidak menguntungkan. Pada prosesnya, sel Saccharomyces
cerevisiae berfungsi sebagai askus. Nukleus nya yang diploid (2n)
membelah secara meiosis, membentuk empat sel haploid (n). Inti-inti haploid
tersebut akan dilindungi oleh dinding sel sehingga mem-bentuk askospora
haploid (n). Dengan perlindungan ini askospora lebih tahan terhadap
lingkungan buruk. Selanjutnya, empat askospora akan tumbuh dan menekan
dinding askus hingga pecah, akhirnya spora menyebar. Jika spora jatuh pada
tempat yang sesuai, sel-sel baru akan tumbuh membentuk tunas, sebagaimana
terjadi pada fase aseksual. Dengan demikian Saccharomyces cerevisiae
mengalami fase diploid (2n) dan fase haploid (n) dalam daur hidupnya.
Pemanfaatan
a. Pembuatan
roti
b.
Produksi bir
c.
Pembuatan anggur
d.
Prabiotik makanan ternak
4.
Saccharomyces
Tuac
Salah satu species yang dimanfaatkan
dalam produksi makanan dan akan dibahas dalam makalah ini adalah Saccharomyces
tuac.
Saccharomyces
tuac merupakan khamir yang bermanfaat dalam industri pengolahan
minuman, berikut adalah taksonominya :
Specific descriptor: tuac
Scientific name: - Saccharomyces
tuac
Saccharomyces
tuac atau yang lebih dikenal sebagai ragi tuak adalah fermenter yang
terdapat di dalam minuman tradisional tuak. Tuak yaitu suatu jenis
minuman tradisional yang dihasilkan dari proses fermentasi air nira dengan
memanfaatkan mikroorganisme atau ragi yang dihasilkan secara tradisional.
Tuak ini dijadikan lebih kental dan berwarna putih seperti susu encer,
mempunyai rasa sedap agak sepet dan tidak pahit. Pada dasarnya, nira segar
mempunyai rasa manis, berbau harum, tidak berwarna, dengan PH antara 5,5
hingga 6,0. Rasa manis pada nira disebabkan adanya gula (sukrosa, glukosa,
fruktosa, dan maltosa). Selain gula, juga terkandung dalam nira bahan lain
seperti protein, lemak, air, pati dan abu serta asam-asam organik (sitrat,
malat, siksinat, laktat, fumarat, piroglutamat) yang berperan dalam
pembentukan cita rasa gula merah yang spesifik. Komposisi nira secara umum
terdiri dari : air (80 - 90%), sukrosa (8 -12%), gula reduksi (0,5 -1%) dan
bahan lainnya (1,5 - 7%). Dengan komposisi tersebut, nira merupakan media
yang baik untuk pertumbuhan mikroorganisme seperti bakteri Acetobacter
aceti, sel – sel ragi Saccharomyes tuac.
Saccharomyces
tuac sebagai fermenter yang bersifat lokal jenius memerlukan waktu
untuk melakukan fermentasi terhadap bahan yang akan difermentasikan. Jika
dibiarkan berminggu – minggu, air nira yang mula – mula berbau alkohol akan
menjadi masam rasanya karena adanya asam cuka. Hal ini disebabkan alkohol
yang terbentuk telah diubah menjadi asam cuka oleh bakteri. Proses fermentasi
yang dilakukan Saccharomyces tuac ini bertujuan untuk memecah
karbohidrat menjadi asetaldehid dan etanol. Fermentasi ini dikenal dengan
sebutan fermentasi alkohol yaitu fermentasi yang memanfaatkan karbohidrat
sebagai sumber makanan dengan menghasilkan produk akhir berupa alkohol.
Pada
awal fermentasi nira aren secara alami, maka Saccharomyces akan lebih
aktif untuk mensintesa gula (glukosa) dan menghasilkan alkohol dan gas CO2.
Oleh karena itu nira aren memiliki peluang untuk digunakan sebagai bahan
pengembangan adonan roti dan cake. Pada fermentasi adonan roti yang dilakukan
oleh Saccharomyces tuac, glukosa akan diuraikan menjadi asam
piruvat dan melalui tahap glikolisis. Piruvat yang terbentuk mengalami
derkarboksilasi menjadi asetaldehid dengan bantuan enzim piruvat
dehidrogenase. Asetaldehid kemudian mengalami reduksi menjadi alkohol dengan
bantuan enzim alcohol dehidrogenase dengan menghasilkan produk sampingan yang
berupa karbondioksida. Karbondioksida ini akan terjebak dalam adonan roti
sehingga adonan roti akan mengembang. Pada saat fermentasi berlangsung lebih
lanjut, alkohol akan dihasilkan dalam jumlah yang semakin tinggi sehingga
keasamaan media meningkat dan Acetobacter aceti akan lebih aktif untuk
mengubah alkohol menjadi asam asetat sehingga keasamaan nira aren akan
semakin tinggi dan dapat berpengaruh terhadap kualitas produk roti bila nira
tersebut digunakan sebagai bahan pengembang.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar